Sabtu, Desember 13, 2008

Kinerja dan Penilaian Kinerja

Kinerja dan Penilaian Kinerja

Kinerja adalah hasil dari proses pekinerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan (Mangkuprawira dan Vitalaya, 2007). Adapun kinerja menurut Mangkunegara merupakan hasil kinerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan,dimana karyawan yang diempatkan sesuai dengan keahliannya akan lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapakn dan faktor motivasi, dimana motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja dan motivasi sebagai kondisi terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi.

Simamora (1997) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi karyawan. Pada intinya, penilain kinerja dapat digunakan untuk memverifikasi bahwa karyawan telah memenuhi standar kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja juga bisa didefinisikan sebagai prosedur apa saja yang meliputi: penetapan standar kinerja, penilaian kinerja karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini, memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orsng tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi lagi (Dessler, 1997)

Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (1997), terdapat beberapa tujuan penting dari program penilaian kinerja, yaitu :
1. Tujuan Evaluasi
Hasil-hasil penilaian kinerja sering digunakan sebagai dasar evaluasi rutin terhadap kinerja anggota-anggota organisasi.
a. Penilaian kinerja dan Telaah Gaji
b. Penilaian kinerja dan Kesempatan Promosi



2. Tujuan Pengembangan
Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian dapat digunakan untuk memudahkan pengembangan pribadi anggota organisasi
a. Mengukuhkan dan Menopang Kinerja
b. Meningkatkan Kinerja
c. Menentukan Tujuan dan Progresi Karir
d. Menetukan Kebutuhan-kebutuhan Pelatihan
e. Proses yang Terkoordinir
f. Verifikasi Sikap terhadap Penilaian

Menurut Lynch dan Cross dalam Yuwono, et. Al. (2002), manfaat penilaian kinerja yang baik adalah :
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya dan membuat semua orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.

Metode Evaluasi kinerja 360°
Berdasarkan metode ini, penilaian seorang karyawan tidak saja diambil dari penilaian atasan langsung ataupun atasan kedua di atasnya, akan tetapi penilaian juga dimintakan dari rekan sekerja yang satu level maupun dari bawahan langsung yang bersangkutan. Namun kontribusi atau persentase penilaian terbesar tetap berasal dari atasan langsung dan atasan kedua di atasnya.

Sistem evaluasi kinerja 360° terdiri dari 4 elemen:
1. Penilaian ke atas (Upward Appraisal)
Penialain yang dilakukan bawahan terhadap hasil dan pencapaian atasannya.
2. Penilaian mengarah ke bawah (Downward Appraisal)
Format penialaian tradisional dimana atasan menilai bawahan.
3. Penilaian setara (Peer Appraisal)
Penilaian yang diberikan kepada seorang karyawan diberikan oleh rekan sekerjanya.
4. Penilaian oleh diri sendiri (Self Appraisal)
Penialain yang diberikan oleh pribadi tiap karyawan mengenai hasil pencapaian sekarang dan rencana jangka panjang.

Tujuan dan Manfaat Metode Evaluasi Kinerja 360°
Sistem evaluasi kinerja diharapkan mampu memeberikan solusi atas penilaian top down yang dianggap tidak adil dan subjektif dari susut pandang atassan. Konsep ini biasanya diaplikasikan untuk penentuan gaji dan promosi, serta menggambarkan bagaimana karyawan mengemangkan kemmapuan dan keterampilannya.

Kelebihan Sistem Evaluasi Kinerja 360°
Adapun kelebihan dari sistem ini adalah:
1. Merupakan metode yang praktis yang mampu memberikan penilaian mengenai komunikasi dan kualitas humanistic yang sulit diukur menggunakan standar pengukuran lain
2. Lebih objektif dan mengurangi bias daripada model evaluasi satu arah
3. Menyertakan semua komponen untuk memberikan evaluasi
4. Mempermudah proses identifikasi kekuatan dalam rangka pengembangan kemampuan lebih lanjut
5. Membantu proses pembangunan tim





Kekurangan Sistem Evaluasi Kinerja 360°
Adapun kekurangan dari sistem ini adalah:
1. Terdapat kemungkinan bahwa instrument yang digunakan tidak valid
2. Sistem isian bebas dapat menimbulkan komentar evaluasi negative yang bisa mempengaruhi proses evaluasi secara utuh
3. Penilaian mungkin tidak objektif jika rekan kinerja merasa takut untuk dikenali komentar evaluasinya
4. Menghabiskan lebih banyak waktu

Faktor-faktor Sistem Evaluasi Kinerja 360°
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun rancang bangun sistem ini adalah :
1. Sistem yang disusun harus valid, mudah untuk diadministrasikan, mudah dipahami dan diinterpretassi
2. Umpan balik dari evaluasi harus menyamarkan nara sumber
3. Semua komponen penilai harus dijlankan termasuk diberikan pemahaman mengenai sistem yang akan dijalankan termasuk proses pengolahan data dan pihak berwenang
4. Sistem hanya digunakan untuk tujuan pengembangan, bukan penilaian manajemen

Apakah MSG Bahaya ?

Tulisan saya ini dimuat berdasarkan kunjungan langsung ke salah satu perusahaan produsen MSG di Indonesia yang juga merupakan produsen MSG terkemuka di Asia bahkan di dunia.

MSG sebenarnya diproduksi dari asam glutamat. Asam glutamat diproduksi dari hasil fermentasi bakteri tertentu.

Mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam glutamat langsung dari glukosa banyak tersebar di alam. Walaupun kapang, khamir dan Actinomyces dinyatakan mampu menghasilkan asam glutamat tapi hanya bakteri yang diketahui mampu menghasilkan asam glutamat lebih dari 40 persen dari glukosa, dengan konsentrasi glukosa dalam media lebih dari 10 persen.

Berdasarkan tahap fermentasi yang ditempuh untuk menghasilkan asam glutamat dikenal istilah fermentasi dua tingkat (two stage fermentation) dan fermentasi langsung (direct fermentation).

Fermentasi dua tingkat yang sering diperhatikan adalah fermentasi yang menghasilkan asam α-ketoglutarat dan kemudian diubah menjadi asam glutamat. Beberapa spesies bakteri yang menghasilkan asam α-ketoglutarat di antaranya Pseudomonas fluorescens, Bacterium ketoglutaricum, Proteus sp. Dan beberapa Coliform serta Kluyvera citrophila.

Meskipun fermentasi dua tingkat dapat menghasilkan asam glutamat dalam jumlah cukup tinggi, teknik produksi asam glutamat yang praktis dan umum diaplikasikan di industri adalah fermentasi langsung. Beberapa fungi dapat digunakan tetapi hasilnya rendah.

Produksi asam glutamat langsung dari gula dan nitrogen anorganik dapat menggunakan bakteri. Kinoshita et.al. (1957) menemukan pertama kali bakteri penghasil asam glutamat Micrococcus glutamicus. Asahi et.al. melaporkan bahwa Streptomyces mempunyai kemampuan mengakumulasikan asam glutamat.

Genera Bacillus dan Micrococcus merupakan penghasil asam glutamat terbaik, di antaranya Bacillus circulans dan Bacillus megaterium. Akumulasi asam glutamat oleh spesies dari Brevibacterium juga dilaporkan mampu menghasilkan rendemen cukup tinggi di samping strain-strain dari Corinebacterium.

Contoh tanah diambil kemudian dilarutkan dalam air murni steril, dikocok, dan disaring. Sejumlah filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam cawan petri berisi media agar dengan teknik tuang maupun teknik penyapuan (spreading). Dalam hal ini teknik penyapuan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan teknik tuang. Pertama, karena pada umumnya bakteri penghasil asam amino adalah aerobik maka teknik penyapuan pada permukaan memperbesar peluang tumbuhnya bakteri aerobik. Kedua, pada teknik penyapuan, bakteri tumbuh pada permukaan media sehingga memudahkan isolasi koloni.

Cawan petri diinkubasi pada suhu 300 C selama 20 jam. Kemudian dilakukan isolasi monokloni terhadap koloni bakteri yang sifat koloninya diduga merupakan bakteri penghasil asam glutamat. Koloni Brevibacterium flavum yang ditumbuhkan dari kultur murni dijadikan sebagai pembanding.

Bentuk koloni dari Brevibacterium flavum adalah bulat, berwarna kuning, tidak berlendir, tepi koloni rata, elevasi cembung, dan tidak ada tanda-tanda spesifik lainnya. Koloni yang tumbuh dalam cawan petri yang mempunyai karakteristik seperti tersebut di atas kemudian diisolasikan dan dipindahkan ke media agar miring.

Teknik penggoresan yang dilakukan pada media agar miring adalah zig-zag. Dengan teknik ini diharapkan bakteri tumbuh dengan cepat dan banyak. Selanjutnya agar miring diinkubasi pada suhu 310 C selama 24 jam.

Bakteri yang tumbuh pada masing-masing agar miring kemudian dicoba digunakan pada fermentasi dalam labu Kolben, tujuannya yaitu untuk melihat kemungkinan bakteri tersebut menghasilkan asam glutamat.

Pengujian secara kualitatif terhadap adanya asam glutamat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography). Laju spesifik (Rf) spot dari sampel hasil fermentasi di dalam labu Kolben dibandingkan dengan spot asam glutamat standar.

Bila ditemukan bakteri penghasil asam glutamat maka kemudian dilakukan percobaan-percobaan dengan berbagai perlakuan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sebagai contoh ialah percobaan teknik mutasi dan percobaan variasi media sehingga dihasilkan strain serta kondisi fermentasi yang optimal menghasilkan asam glutamat.

Thanks for your attention...

Gbu...